seeking greener grass

part of my history

Sunday, January 16, 2005

sekali-kali in bahasa

aku hanya berharap rental vcd langgananku belum tutup. aku sudah lama tidak melihat film, apalagi yang erotis. jadi agak sedikit horny sebenarnya. tapi gak bisa. males tiba-tiba hanya karena ada yang sedang jauh di luar sana.

sepertinya aku memang benar-benar terancam untuk setia.

lagi nabung buat beli digital camera, lagi ngitung-ngitung, koq tiba-tiba uang gwe 1,7 jt dipinjem orang semua ya? kalo itu semua balik, aku udah punya digicam. apakah aku terlalu baik? benar-benar terlalu baik?

dia bilang aku memang terlalu baik, bahkan bodoh

komputer hitamku yang baru menyenangkan. sudah menemaniku dengan tiga film dan sekian lagu, tapi aku benar-benar butuh meja. sungguh! biar bisa lebih berlama-lama disana tanpa mengkhawatirkan punggungku membungkuk atau bagian tubuhku yang lain mati rasa.

jadi digital camera atau meja dulu? ga tau, tapi aku pengen meja antik itu, yang somewhere di pinggiran ring road utara deket jalan magelang. ada satu yang besar dan lucu sekali. keren gitu. besar dan kesannya kokoh. buat kerja atau buat makan-makan bersama kali ya.

tapi suasana rumah aneh. aku sendirian terus. tapi yah, memang 'kan. aku sekarang single (ihhh, kaya statement abis gitu ya?). orang-orang pada pindah semua. mantanku kayanya lagi kebingungan mau tinggal dimana. aku sih ga masalah dia di rumah, cuma dianya juga mungkin jengah kali ya? rumah sengkan mau bubar, jongkang juga begitu, paling tidak sampe september. bebek masih di malaysia, kayanya lagi cari nafkah dan pacaran tentunya. tapi dia keliatan senang. mantanku selalu keliatan sedih, tapi mau apalagi. it's over. totally.

dia sms, menawarkan aku untuk memborgolnya di atas ranjang. aku jawab, selamanya ya?

etis ga sih kalau abis putus kita merasa biasa-biasa saja. agak kehilangan dikit, tapi yah ga ada dramatisasi. kaya udah lewat aja. aku kedengaran jahat yah? banget?

apalagi aku lagi jatuh cinta (oh tidak, lagi?). ga tau, sepertinya menyedihkan. aku terdengar seperti tidak dapat hidup tanpa laki-laki. tapi ga tau perasaanku memang selalu berubah-rubah 2 tahun setengah akhir ini. dan sehabis lebaran kemaren seperti menghilangkan semuanya, seperti ingin menyelesaikan semuanya dan melangkah ke depan. dan pada satu orang yang aku tidak pernah menduganya, aku jatuh. tetapi tidak berdebam. dia terlalu lembut bahkan kadang-kadang aku merasa tidak pantas untuknya. aduh, aku kangen!

tapi sepertinya memang harus dan pundakku tiba-tiba terasa lebih ringan selasa pagi kemarin. dan aku seperti menemukan sesuatu kembali. namun sesuatu yang sama sekali baru. yang aku takutkan memang satu hal: diriku sendiri. dia pun demikian. semalam dia menelponku dan mempertanyakan itu semua. akhir-akhir ini aku sering nangis, tapi bukan karena putus dengan pacar yang hidup serumah selama 2 1/2 tahun. tapi karena cemas, karena kekhawatiran yang berlebihan, karena takut akan diri sendiri, karena kangen, dan karena terharu. padahal aku jarang nangis.

kamu sebenarnya cengeng 'kan? katanya di telpon semalam

sepertinya akhir-akhir ini, kamu bisa bikin rekor sekali lagi. laki-laki yang membuatku sering menangis lagi.

tapi ga karena sedih, lucu kan?


padahal dulu aku dingin, nyaris tanpa emosi. mati rasa. masak sih? benar-benar separah itu? untuk seorang perempuan kau terlalu dingin, begitu kata koko. dulu dahimu bahkan berkerut. lalu tiga hari yang lalu kata koko, kamu jadi terasa lebih feminim. kamu lebih menggunakan perasaan ya sekarang?

kayanya iya. banget.

jangan-jangan ini yang terakhir, trid?

aku ga tau dan ga mau tahu. pengennya sih, aku pernah dulu berharap dan jatuh hancur dan tidak pernah berharap lagi bahkan sinis.

sekarang?

masih ga tau, tapi masih ada sisa-sisa rasa yang tiba-tiba aku rasakan kembali. sekarang aku hanya ingin dia pulang kepadaku, baik-baik saja dan selamat. aku masih tetap tidak dapat berdoa, aku hanya percaya dengan harapan. aku tidak butuh agama. aku hanya berharap.

aku jadi pengen nonton film tentang tibet atau bikin tatto baru, di tempat yang hanya bisa dilihatnya. ampunn, aku tuh sentimental dan romantic noraks ya?

ini seperti percakapan di kepalaku dan aku memang narsis.

iya, kamu narsis. sampe sekarang kamu belum mau mencoba menulis dengan sudut pandang orang ketiga 'kan?

pengen bikin novel tapi nunggu novelnya selesai dulu. dan ketika itu umurku sudah 22 mungkin. karena dia janji novelnya akan selesai tepat pada ulangtahunku yang ke 22. damn, aku merasa tua, tapi aku masih muda 'kan? walau wajahku boros, aku tahu. dan sekali lagi aku tidak menepati janji pada diriku sendiri untuk menyelesaikan sebuah novel/buku sebelum aku berumur 20, ini sudah nyaris lewat dua tahun. aku hampir lupa, kumpulan tulisanku harus selesai bulan ini atau bulan depan. setidaknya aku akan menepati setengah janjiku.

thut, kamu dimana? kamu janji ngedit tulisanku kan? aku kan penulis yang pelupa dan kamu editor yang pelupa? sialan, kamu di jakarta ya. aku lupa. lagi-lagi.

aku pengen ke sketsa, nyewa film truz pulang. aku merasa lucu di rumah sendirian, tapi juga mulai merasa nyaman sendirian disana. tadi sempet beres-beres perpustakaan, aku jadi ingat banyak hal juga, seperti kapan terakhir aku membereskan buku-bukuku disana. kamarku masih belum kusapu, masih berantakan. ada beberapa barang yang kubuang. vitamin dan suplemen yang sudah kadaluarsa masuk ke tong sampah bambu depan rumah. ibuku memang terlalu banyak khawatir dan membekaliku dengan macam-macam. padahal aku cukup baik-baik saja dan selalu lupa meminumnya.

aku masih pengen beli meja. juga bantal berikut sarungnya. aku jadi ingat ibuku dan hobinya membeli seprai dan sarung bantal. aku jadi ikut tertular ketika sudah punya tempat sendiri. aku jadi mirip ibuku kadang-kadang.

aky hari ini tiba-tiba sepi banget. aneh kaya orang-orang pergi semua. minggu yang sepi, padahal yogya rame dan baru tadi di jalanan aku merasa tidak betah. padahal aku sempat berpikir untuk selamanya disini. sekarang aku mulai berpikir ulang. ih, orang tuh benar-benar berubah yah? tapi iyalah, percaya dengan revolusi tapi kalo diri sendiri ga berubah, yo piye toh? ga mungkin evolusi pelan-pelan kan? ketika udah jadi purba dan fossil, apalagi bau tanah?

harusnya aku bikin paper buat mata kuliah teori kritis. mata kuliah semester ini satu-satunya yang asik. tapi aku tetap saja ga pernah masuk. hidup enam bulan terakhir kaya badai sih, banyak hal penting muncul lebih penting daripada kuliah. terlalu banyak kiamat kecil. yang terakhir aceh.

yang membawamu pergi sementara sampai tanggal 21 nanti. berapa hari lagi...

aku coba, paling tidak besok aku mulai mengetiknya. jika masih semangat. sebenarnya aku sudah siap untuk mendrop semester ini. aku nyesel satu hal, kenapa kemaren ga cuti aja ya, udah niat padahal. tapi ya sudahlah. oh well. semester depan kuliah apa cuti ya? liat-liat skala pekerjaan dulu deh. kayanya aku masih menata kehidupanku pelan-pelan dan aku masih butuh waktu. juga butuh pulang, ketemu orangtuaku.

orangtuaku? itu akan terlalu cepat tujuh tahun. katamu.

pengen ke bandung. ketemu tarlen dan curhat. aku jadi ingat lagi, project diarynya masih ga ya? aku lupa. terlalu sibuk sekali. ya ampun lagi.

bener-bener pengen ke bandung. untuk honeymoon dan maen-maen. dolan dan ga mikir apa-apa. sementara. ah udahlah.

kapan kita berangkat?

kapan kamu pulang?


kepalaku memang terlalu banyak pertanyaan. aku jadi pusing. apalagi membacanya. aku harus ke rental sekarang. nanti tutup dan tidak ada film. besok harus bayar listrik dan air.

jangan lupa lagi.

urat-urat di pelipis kananku menegang. satu sms baru masuk darimu

aku masih kangen dengan urat-urat di pelipis kanan kepalamu yang menegang. aku benar-benar ingin menenangkannya. kalau perlu mencegat pesawat dan menghabiskan semalam di kutaraja.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home