seeking greener grass

part of my history

Sunday, May 22, 2005

minggu yang malas dan rasa cemas

bau strawberry lotion from the body shop masih melekat di lenganku. pagi yang malas dan rasa vanilla dari absolut yang kubawa dari bangkok airport yang tiba-tiba aku lupa namanya saat ini juga masih tajam di bibir dan barangkali masih terproses di antara ginjal atau bagian dalam otakku. vodka sialan yang masih tertawa dengan seperempat sisa di botolnya yang dengan sukses menewaskan enam orang semalaman.

40 hari yang sudah membuatku malas bertemu terlalu banyak orang, terlalu banyak basa basi dan ingin menyelesaikan hal-hal yang membuatku wajib dengan tergesa. juga segala macam persoalan yang menyangkut kepindahan rumah (lagi!), hal-hal yang membuat orang semacamku menjadi terlalu cemas dan mencari semacam pelariannya dengan berhenti melakukan segala sesuatu atau melakukan segala sesuatu dengan sama gila.

pada titik tertentu aku seringkali merasa harus berhenti dan saat ini aku sudah mencoba berhenti, membuka lembaran kertas kosong di hadapanku dan melupakan hal-hal norak dan tidak perlu yang terjadi sepanjang dua puluh dua tahun. tepatnya bukan melupakan dengan total tetapi hanya keluar dari tokoh aku yang berada disana selama ini. berhenti dengan seksama dan segera move on!! literally.

aku butuh menghilang, meninggalkan ruang kuliah yang kurang dari seminggu dari semester ini, meninggalkan pekerjaan dan muncul pada saat-saat mendesak yang penuh cercaan. aku butuh jadi buronan sementara, ketika tahun masih menunjukkan 2005 masehi.

dan bukanlah karena aku dalam fase penyucian apalagi pengakuan dosa. please. berhenti dengan semua tatanan nilai moral yang menjengkelkan itu. aku hanya ingin membereskan apa-apa yang sedang berlangsung dalam hidupku, menyapu keluar semua hal yang belum pernah kukeluarkan dari hidupku selama ini.

aku butuh bertemu ayahku, karena terakhir kali aku bertemu dengannya ia terlihat menyedihkan dan kesepian. menangisi sebatang coklat swiss dengan liquor orange enam dollar-an yang sebetulnya bukan kubelikan untuknya di bandara changi. serta memikirkan ulang sampai sejauh mana aku menjadi seseorang yang entah diharapkannya atau tidak, terlebih karena aku sudah tidak pernah menyentuh gereja dan mungkin sekali akan terdampar menikahi seseorang lelaki yang sudah pasti muslim. betapa agama menjadikan hubungan manusia menjadi serumit tetek bengek yang menjengkelkan. dan sungguh aku benci hal-hal yang merepotkan.

aku masih lupa dimana rumahku berada. tempatku yang sebenar-benarnya. karena satu-satunya tempat yang patut kusebut rumah adalah sebuah rumah kontrakan yang akan habis masa kontrakannya bulan depan. dengan beberapa tanaman mati yang baru saja kubereskan kemarin. dengan keanehan banyaknya kecoa mati dan kutu-kutu kecil yang aku tidak tahu namanya merayap memasuki ruangan-ruangan yang tidak biasa ditempatinya. kabarnya hal ini terjadi di rumah-rumah yang lain. hari-hari seperti mau memasuki semi kiamat yang diramalkan di kitab-kitab.

bayangan kota bangkok menerpa mataku, dan aku menangisi sekian hal yang lupa aku kemas bersamanya pulang. serta dikejar untuk mengirimkan berbagai email ke penjuru asia tenggara, tidak termasuk burma, brunei, singapura dan east timor(?) untuk alasan yang politis dan apolitis sekalipun.

aku butuh kopi. hot chocolate. real god damn ice cream. green tea with milk seven eleven yang tidak dapat kujangkau lagi. pembersih muka boots yang cuma kubeli sebotol dan ternyata membuat kulitku untuk pertama kalinya tidak teriritasi dengan jenis kosmetik, yang sungguh kukhawatirkan tidak dapat kutemukan di jakarta sekalipun. shit. aku ingin membaca lagi dengan sungguh-sungguh buku-buku yang kubeli dan kuburu juga dengan sungguh-sungguh. mengetik tanpa gangguan apapun dari dunia luar, kecuali tiga hal: bercinta, memasak dan panggilan alam yang lain.

maaf. saya sedang ingin teramat egois.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home