seeking greener grass

part of my history

Sunday, June 18, 2006

hidup begitu mudah hilang

saya hanya lelah, beberapa hari terakhir, sedikit kosong dan tidak ingin ngapa-ngapain. saya sedang mencoba mengingat-ngingat. mungkin benar kata alia, inilah saat-saat dimana mengingat dan melupakan berlangsung.

pagi saat gempa, yang saya ingat, saya hanya menatap langit-langit rumah bersama anton. selama hampir satu menit. percayalah kami berdua tidak akan sanggup bangun di jam yang demikian. bahkan ketika suasana semakin dramatis karena dua botol minuman kosong jatuh dan pecah secara bersamaan dari atas rak buku kami di ruangan sebelah. kami tetap menatap langit-langit itu. semua tetangga saya keluar rumah, saya hanya keluar sebentar, menyapa satu ibu dan kembali ke dalam. sedangkan anton seperti ritual pagi harinya yang biasa, mengambil segelas air minum dalam cangkirnya dan menyalakan rokok. saya pun masih mengantuk. setelah itu saya tertidur. sepertinya ada gempa susulan namun saya tidak juga terbangun. listrik mati. tidak ada satupun dari kami memiliki pulsa, dan sms yang masuk semakin banyak.

jam sebelas karena sms ayah saya yang masuk, saya beranjak mencari pulsa. di luar toko-toko mulai tutup, semua voucher habis (saya tidak percaya elektronik). saya sampai turun ke mirota jakal, atm pun offline. melihat orang-orang panik membeli makanan di mirota jakal. saya hanya meraih pasta gigi yang memang sudah habis, yang rencana sebelumnya akan saya beli di indomaret dekat rumah (yang ternyata tutup). ada nuansa panik yang muncul. hanya satu hal yang bisa saya pikirkan, mampir ke wartel dekat rumah sebelum pulang.

semua berita itu saya terima dalam percakapan lima menit bersama ayah dan ibu saya di bogor. saya tidak sadar berjam-jam sebelumnya orang-orang panik karena isu tsunami melewati jalan kaliurang hingga mencapai kilometer 14. di rumah, anton menyalakan televisi. saya teringat aceh.

selanjutnya yang saya ingat hanya ribuan sms, telepon, mendata barang, menyalurkan barang, informasi, apapun sampai saya tidak ingat lagi.

saat ini saya sedang mencoba bernafas. mengingat-ngingat apa yang sebetulnya perlu saya lakukan sekarang.

saya harus menengok dan menemani ibu saya yang sedang kemoterapi (lagi).
saya harus ujian dan menyelesaikan tugas kuliah yang menumpuk, karena jika tidak saya harus mengulang semuanya tahun depan.
saya harus kkn. yang entah bagaimana keputusannya di tangan para birokrat kampus yang brengsek, munafik, otoriter bangsat dan berotak proyek itu (maaf, saya begitu benci birokrasi!).
saya harus membayar sewa rumah saya untuk setahun lagi. yang tentu saja naik. huff!
saya harus memulai skripsi dan riset saya.
saya tidak sanggup menerima tawaran tempat kerja saya untuk full time disana. sama sekali tidak sanggup. maaf kawan-kawan, saya harus membenahi hidup saya.

sepertinya saya harus bersyukur bahwa saya masih hidup. bahkan ketika letupan awan panas terakhir berlangsung, malamnya saya bersama delapan kawan saya, tetap nekat ke atas sana. berdiri menatap merapi yang membara dari jarak 5 kilometer. hanya untuk mencari ketenangan.

hidup begitu mudah hilang. dan saya sedang mencoba mempertahankannya.

1 Comments:

At 12:55 PM, Blogger astrid reza said...

:P piye, aku urung ndelok?

 

Post a Comment

<< Home