seeking greener grass

part of my history

Saturday, September 29, 2001

membaca kembali catatan seorang demostran - hoek gie, rasanya gue pengen baca lebih banyak lagi. gue pengen baca lagi buku2 sos-pol, filsafat dan juga sejarah. setaon ini gue lebih berkutat dengan buku2 sastra, kupikir tahun ini aku perlu lebih banyak konsentrasi dengan pelajaran2 di sekolah. tetapi tidak, rasanya aku makin gelisah. diskusi soal filosofi kehidupan dengan ting akhir2 ini dan waktu kemarin bicara soal sosialisme dengan shea, rasanya kegelisahan gue bangkit lagi. baca-baca ulang hoek gie dan wahib makin membuat darah gue mengelegak.



yugo yang terus menerus mempertanyakan ketuhanan mengingatkan gue dengan soe hoek gie. ternyata anak satu ini tidak mengenal hoek gie, semoga saran2 gue untuk baca tulisan-tulisan hoek gie bakalan berguna bagi dia. memikirkan dan mempertanyakan ketuhanan, gue makin merasa tendensi diri gue mengarah pada atheis. gue udah terlalu sering mempertanyakan soal keagamaan, bagi gue itu semua memang omong kosong belaka. lucu liat manusia akhir2 ini, bersedia mati karena perbedaan agamis. memulai perang hanya karena ini. ah...kapan sih manusia mau belajar dari sejarah?



ada kutipan yang diambil hoek gie yang rasanya menusuk:

"There are men and women so lonely they believe, God is too lonely."



gue jadi pengen liat ekspresi shea, sewaktu gue mengutip nietzche. rasanya di antara tawanya shea gue merasakan ada yang terguncang. well...the next day he send me an email, God never dies, ian.

we would never knew the answer, shear, karena yang ingin ditanya juga adalah sesuatu yang gak jelas. sesuatu yang exist in our state of mind.



pertanyaan-pertanyaan begitu sering bermunculan di otak gue, jarang rasanya gue bisa tuliskan. gue pengen menuliskan semua itu biar gak ilang dan gak ditelan ulang oleh pikiran gue sendiri. di masa yang akan datang gue pengen renungin lagi dan gak dibiarin mati membusuk di pembuluh2 otak gue. gue pengen tumpahin itu semua disini. jujur dan terbuka.



ting bilang gue harus punya prioritas, prioritas gue memang harus sekolah dulu. berapa lama lagi sih yan, another 2 months. memang keliatannya gampang, tapi bagi gue this next 2 months is hell. gue gak rela kebebasan gue berpikir musti gue hentikan untuk beberapa waktu buat mempersiapkan ujian. hmm...memang gue terkadang egois, ting, untuk hal-hal seperti ini. gue benci sekolah. sekolah itu selalu mengekang dan gak ada kebebasan untuk belajar.



gue merasa ada sesuatu yang mengarah ke apatis jika gue bicara tentang keadaan perpolitikan di indonesia. namun, sekarang gue berada kembali di titik balik itu. baca hoek gie atau wahib memang jalan yang terbaik untuk memperbaharui apa yang rasanya sudah mulai menghilang. seems like i just breath a whole new air.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home